Drag bike
JAKARTA (DP) – Di Indonesia, komunitas sepeda
motor drag sendiri lahir dari balap jalanan. Jangan dipikir drag bike
yang dipakai berspesifikasi besar, canggih, dan elegan seperti
kebanyakan event drag bike di luar negeri. Bentukan sepeda motor drag
(dragster) di sini lebih ke arah minimalis, atau boleh dibilang
kerempeng dan minim perkakas. Cukup ‘tulang’ dan ‘jeroan’ saja. Menurut
Harri Novrian, pemilik bengkel modifikasi drag bike di bilangan Pondok
Kelapa, Jakarta Timur, sepeda motor drag di Indonesia memang mengadopsi
aliran ‘bersih’. Artinya, sepeda motor yang dipakai drag bike haruslah
sangat enteng. Sebisa mungkin tidak ada aksesoris yang nggak penting,
ujarnya. Kuncinya, untuk membuat sepeda motor drag haruslah memiliki
konsep chassis yang tepat. Jika chassis tidak asli tidak kompeten.
Pemilik dan bengkel tidak segan untuk mendatangkan sasis baru meski
harganya mahal. Satu chassis impor dari Jepang atau AS bisa berbanderol
Rp 10-25 juta. Jika kurang enteng, pemilik siap melubangi chassis.
Kaki-kaki yang enteng, mesin berspesifikasi balap, perubahan posisi
duduk, setang jepit, hingga ban khusus drag adalah wajib hukumnya.
Dengan pemangkasan ini, bobot dragster berkurang drastis. Jangan heran
kalau penyusutan beratnya bisa mencapai 40-50%. Pokoknya harus ringan,
tapi nggak mengangkat saat digeber. Itu yang sulit, beber Harri. Untuk
proses ini, rata-rata bengkel membutuhkan waktu sekitar 3-5 bulan. Tak
penting sebuah tampilan, yang jelas dragster harus menyandang predikat
enteng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar